ANALGETIK
ANALGETIK
Analgetika
merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit
atau nyeri (diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan
mekanis, kimiawi dan fisis sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan yang
memicu pelepasan mediator nyeri seperti brodikinin dan prostaglandin yang
akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak)
yang secara umum dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :
1. Analgetika
non narkotik, bersifat non-aditif dan bekerja
pada Sistem Saraf Perifer. Memiliki kerja antipiretik
dan juga komponen kerja antiflogistika dengan pengecualian turunan asetilanilida.
seperti: asetosal, parasetamol, asam mefenamat. Berikut struktur asam mefenamat :
2. Analgetika
narkotik, bersifat aditif dan bekerja pada Sistem Saraf Pusat. Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti pada fractura dan kanker.
seperti : morfin, heroin,
kodein. Berikut struktur kodein :
Obat
analgesik mempunyai efek menghilangkan atau mengurangi nyeri tanpa disertai
hilangnya kesadaran atau fungsi sensorik lainnya. Obat analgesik bekerja dengan
meningkatkan ambang nyeri, mempengaruhi emosi (sehingga mempengaruhi persepsi
nyeri), menimbulkan sedasi atau sopor (sehingga nilai ambang nyeri naik) atau
mengubah persepsi modalitas nyeri
(Ganong dan Wiliam, 2003).
Menurut Sloane dan Ethel (2004), analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki
sifat-sifat seperti opium atau morfin. Mekanisme kerjanya yakni: menduduki reseptor
opioid (agonis opioid) yang bertindak seperti opioid endogen. Yang termasuk
opioid endongen adalah endorfin dan enkephalin.
Efek dari opioid :
-
Respiratory paralisis: hati-hati
dalam penggunaan karena dapat menyebabkan kematian karena respirasi dapat
tertekan
-
Menginduksi pusat muntah (emesis)
-
Supresi pusat batuk (antitusif): kodein
-
Menurunkan motilitas GI tract:
sebagai obat antidiare, yaitu loperamid
- Meningkatkan efek miosis pada mata
- Menimbulkan reaksi alergi: urtikaria (jarang terjadi)
- Mempengaruhi mood
-
Menimbulkan ketergantungan: karena reseptor dapat berkembang.
Hal penting dari opioid :
-
Dapat diberikan berbagai rute obat: oral, injeksi, inhalasi, dermal
-
Antagonis morfin (misalnya nalokson dan naltrekson): digunakan apabila terjadi
keracunan morfin
-
Rawan penyalahgunaan, sehingga regulatory
obat diatur
Obat selain morfin:
-
Meperidin
dan petidin : struktur berbeda dengan morfin, diperoleh dari
sintetik.
-
Methadon : potensi
analgesik mirip dengan morfin, tetapi sedikit menginduksi euforia.
-
Fentanil : struktur mirip
meperidin, efek analgesik 100x morfin, diberikan jika memerlukan anastesi kerja
cepat, dan digunakan secara parenteral.
-
Heroin : merupakan
turunan morfin, diperoleh dari proses diasetilasi morfin, potensi 3x morfin, bukan merupakan obat, sering terjadi penyalahgunaan.
-
Kodein : efek analgesik
ringan, berfungsi sebagai antitusif.
-
Oksikodon,
propoksiten.
-
Buprenorfin : parsial
agonis, mempunyai efek seperti morfin tetapi efek ketergantungannya kurang,
sering digunakan untuk penderita kecanduan morfin.
-
Tramadol : analgesik
sentral dan efek depresi pernapasan kurang
Daftar Pustaka
Ganong dan
William F. 2003. Fisiologi Kedokteran. EGC
Kedokteran, Jakarta.
Sloane dan
Ethel. 2004. Farmakologi untuk Pemula.
EGC Kedokteran, Jakarta.
Permasalahan :
1. Bagaimana rasa
nyeri yang timbul dapat diperingan oleh masing-masing ergotamine
senyawa-senyawa nitrit dan kolkhisin serta cara penimbulan efek tersebut?
2. Indonesia index
of medical specialities (IIMS) membuat sejumlah analgesik- antipiretik yang
beredar di Indonesia dengan susunan dan indikasinya. Menurut anda sediaan
bagaimana dinyatakan secara wajar berkhasiat
dan satu sediaan yang tidak demikian halnya?
3. Bagaimana pengaruh obat morfin terhadap kerjanya sebagai
analgetik jika gugus hidroksil alkohol dimodifikasi atau dihilangkan dari
strukturnya?
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusSaya akan membantu membahas permasalahan no.2
BalasHapusMenurut saya Paracetamol/acetaminofen salah satu derivat para amino fenol. di indonesia penggunaan paracetamol sebagai analgesik dan antipiretik telah menggantkan penggunaan salisilat. sebagai analgesik, paracetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menmbulkan nefropati analgesik. jika dosis sediaannya sering dikombinasikan dengan coffein tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. dalam sediaannya sering di kombinasikan dengan coffein yang berfungsi meningkatkan efektivitasya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
Terimakasih atas artikelnya,sangat bermanfaat sekali🙏
BalasHapusIsi blog nya bagus, dan rapi
BalasHapus